Refleksi Diri Kader PMII Ditengah Pandemi
Penulis: Hasbi Muhamad
Dalam Organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), kaderisasi merupakan salah satu kerja inti organisasi. Proses kaderisasi itu bertujuan untuk mencetak serta menghasilkan kader yang memiliki kecakapan, sehingga terbentuk pribadi yang berkualitas, unggul dan mumpuni.
Setidaknya, ada dua komponen penting yang harus dijadikan ukuran dalam sebuah suksesi organisasi, yaitu kaderisasi dan manajemen. Kedua komponen itu tidak dapat dipisahkan dalam laju organisasi khususnya PMII. Demikian dilakukan agar kaderisasi di organisasi PMII berjalan optimal, terstruktur serta massif, maka dibutuhkan keterampilan manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) di sebuah organisasi.
Disini penulis akan lebih menyoroti tentang kaderisasi. Kaderisasi harus tersusun secara sistematis dan bertahap, mulai dari perencanaan, rekrutmen, pembentukan, memfasilitasi tempat pangabdian, pemantauan, hingga penyiapan subjek kader selanjutnya. Perlu diperhatikan dan perlu di refleksikan bahwa pencapaian tahapan ke tingkat lebih tinggi bukan berarti melupakan apalagi meninggalkan aktivitas sebelumnya.
Yang harus dimengerti dan dipahami dalam konteks ini ialah penambahan aktivitas dan kerja-kerja organisasi, misalnya ketika organisasi sudah melembaga, pembinaan kader bukan berarti berhenti justru kuantitas dan kualitas harus selau senantiasa ditingkatkan guna menghadapi tantangan-tantangan yang semakin berat, apalagi diera revolusi industri 4.0 ditambah disrupsinya, sehingga begitu cepat perubahan zaman hari ini.
Proses kaderisasi itu sejatinya bertujuan membentuk embrio-embrio kader sehingga mempunyai standar kepribadian yang unggul baik itu semua dari segi pemahaman, moral, ahklak, dan wawasan menjadi satu kesatuan yang utuh tertanam dalam diri kader Penggerak dalam hal ini kader PMII. Untuk sampai pada tujuan sesungguhnya berbicara tentang kaderisasi, idealnya setiap kader mengikuti proses alur kaderisasi secara continue, artinya tidak diharapkan mendahului alur sebelum mengikuti proses.
Sebagai organisasi yang memasuki usia paruh baya, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) harus lebih mempertajam diri menganalisa berbagai perkembangan hari ini khususnya dalam lingkup dunia kemahasiswaan, umunya di ruang lingkup sosial karena mau tidak mau itu semua akan menentukan apakah organisasi PMII ini “layak atau tidak” disebut sebagai garda terdepan dalam kaderisasi bangsa Indonesia ini.
Sebagai Organisasi Besar, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) hari ini harus terus menumbuhkan inspirasi baru dalam menata alur gerak kaderisasi supaya terus masif dan baik untuk terus membumikan nilai-nilai yang ada di organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Jangan sampai kader-kader Penggerak di setiap tingkatan minim kesadan dalam kaderisasi, sehingga organisasi terkesan hanya sebatas “event organizer” yang orientasinya pada hal-hal instan.
Dalam terminologi Sunda yang pernah kita pernah dengar ; “dipanjang-panjang kalah matak nyogok, dipondokeun kalah matak nyugak” artinya manakala semakin dibahas secara panjang dan detail, apabila terus menggunakan “kekuatan otak” hanya akan menghasilkan penilaian secara otak saja, tetapi ketika emosi dilibatkan dan kekuatan hati yang berbicara, maka hasil dari sebuah kaderisasi akan semakin luar biasa.Tidak hanya disitu, hari ini di era pandemi, nasib kaderisasi organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sedang terombang-ambing, tapi pandemi tidak jadi alasan dan dalih berbicara tentang berlanjutnya proses kaderisasi organisasi PMII.
Di tengah pandemi seperti sekarang ini, PMII nampaknya harus menjadi latah layaknya banyak pihak yang melakukan segala aktivitas dari rumah “everything from home” termasuk proses kaderisasi. Dengan kemajuan teknologi dan informasi hari ini, konsep kaderisasi dari rumah menjadi solusi atas problem kaderisasi di masa pandemi. Sebagai hal baru bagi organisasi PMII, konsep ini tentu membutuhkan proses dan pembahasan mendalam dari pihak-pihak yang berwenang dalam hal kaderisasi. Supaya organisasi ini tetap survive tidak mati digerogoti pandemi.
Kaderisasi dari rumah ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan penggunaan teknologi yang dimiliki setiap kader PMII yang sifatnya berbasis internet, seperti video conference, online class, webinar dan media daring lainnya. Hal ini semua tentu didasarkan pada kaderisasi PMII, hal ini upaya untuk meminimalisir potensi hilangnya ribuan calon anggota PMII di tahun ini, maupun tahun-tahun selanjutnya. Maka dari itu saya mengajak sahabat-sahabat PMII untuk merefleksikan kembali tentang kaderisasi PMII
Penulis adalah Mahasiswa di STAI Syamsul’ulum, dan Ketua satu Bidang Kaderisasi Di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Syamsul’ulum.
Tim Redaksi ruangpublik.web.id